Pagi ini tim #infopkl akan twit tentang sampah di Kab.Pekalongan. Mari simak bersama. #sampahpkl.
Penghasil sampah terbanyak diantaranya dari pasar dan perumahan. Ada 3 macam tempat warga buang sampah: di tempat penampungan sampah (kemudian diangkut ke (TPA), di kali, dan di kebon. Ketiga hal tsb. Sudah jadi masalah di Pekalongan.
1.di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Linggo Asri kapasitasnya sudah penuh.
2.Membuang sampah di kali adl perilaku buruk. bahasa kalongane: "ngawhag"
3.Membuang sampah di kebon ga masalah kalo kebon sendiri. Kalo di kebon orang, naaah! Kecuali pemilik kebon ga mempersoalkan.
Di kalangan warga, ada gerakan menekan sampah dg berpatok pd 3R: Reuse(gunakan kembali), Reduce(kurangi), Recycle(olah lg). Munculnya bank sampah di desa pajomblangan Kedungwuni adl salah satu gerakan warga dalam menekan sampah. Pemkab Pekalongan BELUM memiliki cara lain (alias ndlohom) selain menumpuk sampah di Linggo Asri. Setelah TPA di Linggo Asri betul2 overload, baru akan betul-betul jadi MASALAH. Dan itu tidak akan lama lagi.
Sampah yg dibakar turut menyumbang emisi karbon dioksida(CO2) di atmosfer, dan jd salah 1 penyebab pemanasan global. Beranikah Anda bawa kantong sendiri dan menolak kantong kresek saat berbelanja??. Yuk kita wujudkan "Satu hari tanpa Kresek" menuju "Selamanya sedikit Kresek". "Kebersihan sebagian dari iman" (hadis).
Di atas adalah pembahasan tentang sampah di Pekalongan yang kian menumpuk. Dengar- dengar sih penampungan di Linggo Asri (yang padahal asri banget) sudah penuh. so...apa yang akan kita lakukan? tetap belanja dengan membawa pulang kresek yang banyyakkk? atau bawa tas kain saja..gag usah minta kresek?..JIka Anda ada di ajjaran pemerintahan..minimal kepala desa lah ya..apa yang akan Anda lakukan?...INI TANGGUNG JAWAB KITA BERSAMA SEBAGAI MAKHLUK DAN KHALIFAH DI BUMI INI..
Penghasil sampah terbanyak diantaranya dari pasar dan perumahan. Ada 3 macam tempat warga buang sampah: di tempat penampungan sampah (kemudian diangkut ke (TPA), di kali, dan di kebon. Ketiga hal tsb. Sudah jadi masalah di Pekalongan.
1.di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Linggo Asri kapasitasnya sudah penuh.
2.Membuang sampah di kali adl perilaku buruk. bahasa kalongane: "ngawhag"
3.Membuang sampah di kebon ga masalah kalo kebon sendiri. Kalo di kebon orang, naaah! Kecuali pemilik kebon ga mempersoalkan.
Di kalangan warga, ada gerakan menekan sampah dg berpatok pd 3R: Reuse(gunakan kembali), Reduce(kurangi), Recycle(olah lg). Munculnya bank sampah di desa pajomblangan Kedungwuni adl salah satu gerakan warga dalam menekan sampah. Pemkab Pekalongan BELUM memiliki cara lain (alias ndlohom) selain menumpuk sampah di Linggo Asri. Setelah TPA di Linggo Asri betul2 overload, baru akan betul-betul jadi MASALAH. Dan itu tidak akan lama lagi.
Sampah yg dibakar turut menyumbang emisi karbon dioksida(CO2) di atmosfer, dan jd salah 1 penyebab pemanasan global. Beranikah Anda bawa kantong sendiri dan menolak kantong kresek saat berbelanja??. Yuk kita wujudkan "Satu hari tanpa Kresek" menuju "Selamanya sedikit Kresek". "Kebersihan sebagian dari iman" (hadis).
Mari BELAJAR mengelola sampah dari Korea. Tp ga perlu berbondong2 studi banding spt DPRD Kab.PKL 2004-2009 ke Singapore. Program daur ulang & manajemen sampah di Korsel tak hanya berhasil kurangi limbah tp jg jadikan sampah sbg sumber energi. pemerintah Korea berhasil menggalakkan program daur ulang sekaligus menciptakan ribuan lapangan kerja baru. Pemerintah Korsel bervisi menciptakan masyarakat yang mampu memanfaatkan kembali sumber daya (Resource Recirculation Society). Korsel tetapkan Kebijakan “Extended Producer Responsibility”(EPR): mewajibkan perusahaan u/ mendaur ulang sebagian dr produknya. Sampah yg memiliki nilai ekonomi: botol plastik, koran bekas, kardus, rongsok, bisa dijual di pengepul. Gelas plastik bekas: Rp 1.200/kg, koran bekas: Rp 1000/kg bisa lebih mahal Tergantung ketersediaan.
1 DAY WITHOUT KRESEK...I CAN