Sebulan yang lalu saya membaca artikel di sebuah majalah bulanan tentang film Indonesia yang diputar di festival film Canes. Film itu adalah film Lewat Djam Malam (LDM) yang dibuat tahun 1953. Lalu saya berfikir, apakah filmnya masih bagus? Ternyata film tersebut baru saja menjalani restorasi (apa itu, seperti nama gerbong kereta). Restorasi adalah pembaharuan film, ibaratnya bersihin film dari bekas-bekas keusangan karena dimakan waktu.
Film Lewat Djam Malam -- yang dibintangi AN Alcaff dan Netty Herawati -- juga merupakan film Indonesia pertama yang direstorasi secara penuh.
Dan hasilnya, film yang semula kondisinya memprihatinkan, alias rusak, kini pulih seperti sediakala, setelah direstorasi di laboratorium film di Italia -- yang memakan waktu sekitar dua tahun, dan memakan biaya sekitar Rp1,5 miliar.
Apa istimewanya film ini? Film ini adalah film yang paling sukses di zamannya dan memiliki nilai sejarah. Ceritanya mengambil setting di Bandung pada zaman setelah kemerdekaan atau revolusi. Sang tokoh yang merupakan pejuang berusaha beradaptasi dengan kondisi setelah merdeka. Dia tidak puas, apalagi setelah melihat kawan seperjuangannya menjadi kaya karena korupsi (pasti di film itu istilahnya bukan korupsi ya.. J ). Hanya pacarnya saja yang paling bias mengerti dia. Mahasiswa sebuah universitas di Bandung yang ikut turun ke medan perang untuk memperjuangkan kemerdekaan. Selama 5 tahun, Norma (Netty Herawati), kekasih Iskandar, dengan setia menanti kembalinya orang yang teramat dia sayang. Sekembalinya di Bandung, Iskandar tinggal di rumah Norma dan bekerja pada sebuah istansi negara. Sayangnya karena suatu hal, Iskandar membuat masalah di tempatnya bekerja. Masalah semakin rumit saat Iskandar tahu teman seperjuangannya bernama Gafar (Awaludin) terpedaya oleh Gunawan (Rd Ismail) yang mempunyai bisnis kotor. Benci atas tindakan yang dilakukan Gunawan, Iskandar mencoba berbuat sesuatu. Namun pertemuannya dengan Laila (Dahlia), seorang pelacur rumah bordil, membuatnya semakin tak terarah. Ketika lewat jam malam, semua menjadi tak sama lagi.
Semoga saja film ini memang bagus dan bermanfaat bagi penumbuhan jiwa nasionalisme saat ini.