News Update :

Dari Ilalang Bisa Ekspor Ban Ke 83 Negara

Tuesday, August 14, 2012


Tujuh tahun lalu, perusahaan ban di Cikarang itu sudah kehilangan harapan. Pabrik sudah diselimuti semak belukar. Di atas gedung bahkan tumbuh pohon yang akarnya menjuntai ke bawah. Kondisi makin kacau karena mesin peninggalan raksasa produsen ban asal Italia, Pirelli, teronggok tak terawat. Dari puluhan mesin, hanya 15 yang bisa beroperasi.
Namun, di tangan Pieter Tanuri, perusahaan itu, PT Multistrada Arah Sarana Tbk, kini menjelma menjadi salah satu produsen ban nasional terkemuka. Ban Corsa dan Achilles yang diproduksinya ramai menggelinding di jalan-jalan negeri ini, bahkan hingga keluar negeri. Majalah Forbes Asia menggelari Multistrada sebagai salah satu The Fastest Growing Company in The World.
Pieter--juga dikenal sebagai pendiri Trimegah Securities Tbk dan salah satu pemilik Persib Bandung--menggenjot penjualan hingga tumbuh berpuluh kali lipat, ke tingkat yang telah melampaui laju industrinya.
Apa kiat bisnis pengusaha kelahiran Jakarta, 21 Oktober 1963 ini? Dalam sebuah wawancara khusus dengan VIVAnews pada Kamis 9 Agustus 2012 lalu, suami Veronica Colondam ini mengungkapkan pengalamannya. Petikannya:
Bagaimana tren perkembangan industi otomotif di Indonesia saat ini?
Industri ban, khususnya untuk pasar nasional, memiliki prospek menjanjikan. Ini seiring dengan pertumbuhan industri otomotif yang cukup pesat, mengindikasikan daya beli masyarakat yang meningkat. Seiring itu, permintaan ban kendaraan bermotor juga akan meningkat. Ini terlihat ada banyak produsen ban berekspansi dan banyak investor yang membidik industri ini.
Terkait regulasi Bank Indonesia mengenai batas minimum uang muka kredit kendaraan, apa imbasnya?
Seharusnya berimbas. Tapi, yang terjadi adalah anomali. Orang tetap membeli. Itu yang saya bingung. Data penjualan kendaraan sampai Juli 2012 justru naik. Mungkin banyak uang yang tadminya disimpan di bawah bantal mulai dikeluarkan… hehehe. Sayajuga bingung. Logikanya, semua orang sudah memprediksi turun. Tapi, dilihat dari penjualan, tetap saja naik.

Saat ini Multistrada menguasai berapa persen pangsa pasar ban nasional?
<![if !vml]><![endif]>Kalau menurut data saya, per Juni 2012 sudah sekitar 16 persen dari market share di Indonesia.
Kalau dibandingkan dengan GT?
Dengan GT (PT Gajah Tunggal Tbk) kami sudah sekitar sepertiganya. Ini dilihat dari sisi revenue. Tapi, patut dicatat, pada saat kami mulai berproduksi, GT itu sudah 40 kali lebih besar. Sekarang, mereka 3-4 kali lebih besar dari kami. Tapi, kalau kapasitas produksi, kami beda tipis, sekitar 30 ribu ban per hari.
Oleh Forbes Asia, pada 2011 kami dinobatkan sebagai salah satu The Fastest Growing Company in The World. Di industri ban, pertumbuhan kami ternyata paling tinggi.
Berapa penjualan perseroan?
Tahun pertama, 2003, revenue kami baru Rp150 miliar. Tahun lalu, 2011, sudah Rp3 triliun. Jadi kami tumbuh 20 kali lipat. Baru-baru ini saya dikontak Financial Times. Mereka ingin wawancara khusus dengan topik kebangkitan industri di Indonesia.
Kalau dari sisi penjualan tumbuh 20 kali lipat, bagaimana dengan volume produksi?
Volume produksi kami naik dari 2 ribu ban per hari sekarang sudah 22-25 ribu per hari. Bahkan, sebetulnya bisa digenjot sampai 30 ribu ban per hari. Tapi, karena ada krisis di Eropa, kami tidak bisa full capacity. Syukurlah, meskipun ada krisis di Eropa, kami masih bisa growing.
Berapa persen pertumbuhan rata-rata setiap tahun?
Kami bisa di atas 30 persen. Jika tidak ada krisis, pada tahun 2013-2014 nanti kami yakin bisa tumbuh 40 persen. Pertumbuhan industri ban sendiri hanya 16 persen. Target revenue kami hampir Rp5 triliun, berarti sudah tumbuh 30 kali lipat dari revenue di tahap awal yang hanya Rp150 miliar.
Untuk ekspor, masih tumbuh?
Dari data laporan keuangan kami, untuk periode 2011 dibandingkan 2010,  ekspor kami tumbuh 46 persen. Sedangkan untuk enam bulan pertama di tahun 2012 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kami masih tumbuh 13 persen.
Bagaimana perbandingan pangsa pasar dalam dan luar negeri Multistrada?
<![if !vml]><![endif]>Lokal 25 persen, ekspor 75 persen. Industri kita saat ini terus berkembang. Salah satu yang kelihatan jelas: kita sekarang kekurangan kawasan industri. Contohnya, belum lama ini saya mendirikan anak perusahaan Multistrada yang akan membangun kawasan industri. Responsnya cepat sekali. Begitu masuk koran, belum apa-apa sudah ada empat perusahaan yang menelepon saya, minta lahan 20 hektare, 30 hektare. Mereka mau bayar di muka. Ini kan gila banget.
Untuk pasar ekspor, negara mana yang jadi tujuan utama Multistrada?
Amerika oke. Jepang, Australia, dan Afrika Selatan juga besar. Total, kami ekspor ke 83 negara. Proporsinya masing-masing sekitar 8-9 persen. Tapi, Indonesia masih yang paling besar. Tahun ini saja, dari sisi volume, pertumbuhan kami yang paling besar ada di pasar Indonesia, sampai 40 persen. Walaupun di luar negeri ekonomi lagi susah, Indonesia tetap tumbuh. Makin banyak orang punya mobil dan motor.
Multistrada memproduksi ban ukuran besar, seperti untuk truk?
Ya, kami juga ekspansi, mulai memproduksi ban radial untuk truk dan bus. Mungkin, kami salah satu pabrik pertama yang bikin ban radial untuk bus dan truk di Indonesia.Sekarang, ban truk kan masih pakai ban dalam.
Truk kalau di jalan tol itu membutuhkan kecepatan. Tapi, kalau pakai ban dalam, mereka tidak bisa lari karena ban bisa cepat panas. Kalau Anda perhatikan, banyak truk berhenti di jalan tol. Itu bukan karena tidak sengaja. Mereka sengaja berhenti untuk mendinginkan ban. Caranya, disiram air. Tapi, kalau pakai ban radial, bisa dipacu sampai 120 kilometer per jam. Secara teoretis bisa tahan jalan tiga hari nonstop. Jadi, lebih safe dan truk juga bisa dipacu cepat. Kedua, lebih irit bahan bakar dan ketiga, umurnya bisa lebih panjang. Kekurangannya, jika overload, tidak bisa menahan beban sehebat ban yang masih pakai ban dalam.
Jika dilihat marjinnya, apakah penjualan di luar negeri lebih bagus?
Lebih bagus untuk penjualan lokal. Tapi, untuk pasar lokal, marketing-nya harus kuat. Harus buka toko, pasang billboard, pasang model, dan lain-lain. Biayanya besar, juga untuk membangun brand. Kalau keluar negeri kan tinggal kami serahkan kepada distributor.
Ngomong-ngomong, mengapa Anda banting stir ke industri riil dari pasar modal?
<![if !vml]><![endif]>Boleh dibilang, ini bukan by design. Ini by accident, tapi membawa berkah, blessing in disguise. Beberapa tahun lalu saya bercita-cita ingin pensiun di umur 40. Saya bilang:sudah cukup. Eh, waktu saya mewakili seseorang untuk membeli Multistrada, dia malah nggak jadi masuk, dan saya yang malah dipercaya. Mereka bilang coba kamu kelola pabrik ini. Itu mengubah hidup saya.
Keahlian yang saya dapat di capital market untuk menggalang dana digabungkan dengan operasional di lapangan. Itulah kenapa Multistrada bisa tumbuh seperti ini. Ini sudah jalannya. Saya tidak pernah bermimpi punya pabrik ban, tapi seperti dititipi dari "atas".
Bagaimana kondisi awal pabrik sebelum Anda masuk?
Dulu kacau. Dari tiga pabrik, cuma ada satu line produksi. Dari 39 mesin, yang jalan cuma 15. Yang lain sudah banyak dikanibal. Di atas gedung ini tumbuh pohon. Akarnya sampai masuk ke dalam. Ular di mana-mana. Alang-alang juga sudah tinggi sekali. Direktur keuangan saya waktu itu sampai bilang, "Ter, kayaknya kalau sudah ada yang mau beli, cepat-cepat saja dijual." Saya bahkan sempat tawarkan ke Gajah Tunggal.
Bagaimana bisa menjadi besar seperti ini?
Saya selalu percaya "new chapter". Saya selalu sebut: ini kejadian lama, ke depannya mau ngapain? Orang capital market selalu begitu: ke depannya mau apa?
Saya bikin kepercayaan karyawan di sini tumbuh kembali. Kami ubah sesuatu yang nggak jalan jadi jalan. Saya mencoba membuat karyawan punya harapan. Kalau orang sudah punya harapan, baru langkah selanjutnya bisa jalan. Saya bilang sama mereka: ayo kita bangun bareng-bareng lagi.
Pada 2005, kami mulai mendapat kepercayaan dan masuk bursa. Dulu karyawan 700 orang dan banyak yang tidak kerja, sekarang sudah 4.000-an.
Produk apa yang waktu itu jadi penyelamat?
Pertama, kami telusuri apa yang membuat ban kami ini tidak bisa masuk pasar lokal. Ternyata, kami hanya bisa bikin untuk community size saja, seperti ban mobil Kijang, Avanza. Yang lain nggak bisa bikin. Padahal, teknologinya bagus, dari Pirelli. Mesin dari Jerman dan Italia. Manajemennya yang jadi masalah. Saya bentuk tim business improvement, terdiri dari anak-anak muda. Kami runut dari hulu sampai hilir mana proses produksi yang tidak efisien, lalu kami perbaiki. Akhirnya jalan.
Apa target Anda selanjutnya?
Perbandingan antara ekspor dan lokal menjadi 50:50, secepat mungkin.
Kabarnya sudah ada sejumlah investor asing berminat membeli Multistrada?
Hankook (Hankook Tire, Korea) mau beli, tapi kami nggak mau jual. Yang lain juga banyak, seperti Pirelli, Continental, dan beberapa produsen ban yang masuk the big five. Mereka tertarik dengan pasar Indonesia. Tapi, akhirnya kami putuskan untuk tetap menjalankannya sendiri.
Seberapa besar pengaruh krisis global bagi perusahaan Anda?
Kami tidak bisa tumbuh sepesat yang diinginkan. Tahun ini kami berencana tumbuh hingga 50 persen, tapi cuma bisa 10-15 persen.
Ada rencana membangun pabrik di luar negeri?
Kami sudah tanda tangan nota kesepahaman (MoU) dengan Kazakhstan pada 13 April 2012 di Jakarta. Ini dengan Samruk Kazyna Invest LLP, sebuah perusahaan pengelola investasi di Kazakhstan. Penandatanganan disaksikan langsung oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan diketahui oleh Presiden RI dan Presiden Kazakhstan. MoU itu berisi kesepakatan untuk membangun pabrik ban di Kazakhstan dengan teknologi terkini dari Multistrada. Bila berjalan lancar, awal 2013 akan masuk tahap pembentukan joint venture. Sekarang lagi feasibility study di sana. Mereka lagi mempersiapkan 50-60 hektare lahan. Kami juga punya rencana membangun pabrik di Mesir. Sudah ada MoU-nya juga. Tapi, karena ada gejolak politik di sana, mungkin akan sedikit tertunda.
Anda juga tercatat sebagai salah satu pemilik Persib Bandung. Bagaimana ceritanya?
Saya lihat sepakbola kalau dikelola dengan benar, potensinya luar biasa.
Kenapa Persib yang dipilih?
Pertama, perusahaan kami berada di wilayah Jawa Barat dan kami mau support aset lokal. Sepakbola itu bukan hanya olahraga, tapi juga hiburan. Apalagi, sekarang banyak orangtua yang berharap anaknya bisa masuk Persib. Harapannya besar. Hidup mereka bisa berubah.
Pemain cadangan di Persib itu minimal digaji Rp7 juta sebulan. Apalagi kalau sudah seperti Atep atau Gonzales (sebelum bergabung dengan Persisam). Gajinya bisa di atas Rp1 miliar setahun. Belum lagi kalau ditambah pendapatan iklan.
Kalau peluang bisnisnya?
Itu tak kalah luar biasa. Di konsorsium Persib itu ada 10 pengusaha yang support, termasuk Erick Thohir dan Glenn Sugita. Multistrada memiliki 10 persen saham. Setelah masuk menjadi sponsor Persib, penjualan ban motor Achilles yang awalnya hanya 5 ribuban per bulan, langsung terjual 15 ribu dalam tempo satu bulan berikutnya. Sekarang, sudah hampir 50 ribu. Jadi, potensinya luar biasa. (kd)







Share this Article on :
 

© Copyright Radja Copas Blog 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates - Jasa SEO | Powered by Blogger.com.