Suatu hari saya berkomunikasi ringan dengna hati nurani saya. Saat itu cuaca hujan, hujan di sore hari yang membuat jiwa lebih mudah untuk merenung.
A: hy kamu, ragaku apa kabar?
B: baik,,baik banget..lagi seneng nih, kumpul sama keluarga
A: kamu mencintai mereka?
B:pastinya lah
A: Siapa sih yang paling kamu cintai di dunia ini?
B: Keluargaku dong
A: lalu, siapakah yang paling kamu takuti?
B: emmm...Allah..
A:kamu hanya takut sama Allah, tanpa mencintai Allah? bukannya kamu sudah tahu ya kalau kecintaan kita kepada Allah itu harus lebih tinggi dari apapun?
B: iya,,itu benar,,jadi..apakah landasan ibadahku selama ini?takutkah sama Allah saja?
A: mari kita berembug..menurutmu,,siapakah yang berkehendak menjadikan keluargamu itu tentram?
B: Allah
A: siapakah yang menetapkan kamu lahir di negara mana, kampung mana, anak siapa, di ajman kapan?
B: Allah
A: Siapakah yang memberikan kebahagiaan atas kalian sekeluarga, dengan segala karunia nya?
B: Allah
A: lalu...
B: iya...jelas sudah,, Allah adalah Maha segalanya..sudah sepantasnyalah aku mencintainya..bukan hanya takut akan siksanya. ibadahku dilandasi atas cinta dan sayang bukan rasa takut...
berbeda ternyata,,takut dan cinta. saya kasih contoh soal:
1. Seorang anak yang sangat sayang pada ibunya, lalu dengan tanpa disuruhpun dia membantu membersihkan rumah setiap pagi sebelum sekolah
2. Seorang (maaf) pekerja rumah tangga yang memiliki majikan kejam, membersihkan rumah setiap pagi
*mungkin antara contoh 1 dan 2 terdapat kesamaan, misal sama sama ikhlas,,tapi landasan berbuatnya berbeda. Yakni karena takut dan karena cinta.
semoga kita selalu bisa berbuat baik dan tentunya beribadah atas dasar cinta. Amien..
Katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuniNya dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi penyanyang. (Ali Imran: 31)