Alhamdulillah, setelah terkepung seharian saya bisa keluar dari perusahaan meskipun dengan teriakan, ancaman colekan, dan ketergesaan. Hari ini terjadi demo buruh menyambangi perusahaan saya. Saya buruh tapi saya tak ikut. Bukannya tidak ada solidaritas, tapi karena saya tak sepaham dengan tuntutan mereka. Saya belum genap setahun jadi buruh, dan baru kali ini merasakan demo buruh yang ternyata unik.
Selama jadi mahasiswa, dan sempat juga jadi pengurus BEM rasanya tak pernah ada si pemimpin orasi yang mengatakan : “Dasar Perusahaan XXX tak punya otak, masa kami demo tak diberi WC, kami terpaksa kencing di bawah pohon”.
Kami pun yang berada di halaman perusahaan tersenyum “ya kali…ente bukan karyawan perusahaan sini Bos,,”.
Itu salah satu keunikan demo buruh tadi, kalimat-kalimat si orator bukan memberi semangat tapi terasa aneh dan kurang tertata. Beda dengan demo mahasiswa yang selalu mengobarkan semangat dengan lagunya seruan aksi “kepada para mahasiswa, yang merindukan kejayaan…dst..wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke jalan…dst..untuk negeri tercinta”.
Keunikan lainnya, saya merasa seperti lagi mau nonton konser band. Bendera slank, sepatu nya itu sepatu punk di beberapa buruh. Keren amat yak. Buruh kan biasanya pakai sepatu safety. Terus itu siapa donk?
Yang heroic adalah perjuangan kami karyawan perempuan yang minoritas untuk diijinkan keluar dan pulang lebih dulu. Secara kami sebagian besar adalah ibu yang punya keluarga. Dengan kawalan dan hanya diberi celah sempit. Digodain, dan mungkin kalau taka da komando “yang nyolek itu provokator” , bisa saja mereka ada yang iseng.
Finally, yang biasanya naik mobil atau motor terpaksa naik bis desak desakan. Oya, nasib para pria entah bagaimana. Yang jelas pasti mereka lapar di dalam. Karyawan pria belum diijinkan meninggalkan kantor oleh pendemo.
Itulah cerita keunikan demo buruh yang baru saja saya alami. Inilah kehidupan buruh, yang tak seperti mahasiswa gaya demonya.
JJJ